Kamis, 11 Mei 2017

Kondisi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Masa Kini

Untuk melihat kondisi HMI dewasa ini, seperti ditulis Prof. DR. H. Agussalim

Sitompul, dalam bukunya

44 Indikator Kemunduran HMI, telah mengungkapkan secara

gamblang, kemunduran yang dialami HMI sejak tahun 1980

 Ir. H. Akbar Tandjung dalam kata Pengantar dalam buku ini mengatakan bahwa kritik-kritik yang

dikemukakan penulis buku ini memang pahit bagi HMI. Akan tetapi hendaknya itu semua

dipandang sebagai motivasi bagsi setiap pengurus, aktivis, dan kader HMI dimanapun juga,

untuk bangkit dan berkembang kembali sebagai organisasi kemahasiswaan bernapaskan Islam,

yang berwibawa kuat dan berpengaruh

. Ketua Umum PB HMI, Hasanuddin, dalam kata

sambutan PB HMI mengemukakan bahwa apa yang ditulis di buku ini menunjukkan betapa

banyaknya persoalan yang dihadapi HMI termasuk konflik internal

Prof. Dr. H. Nurcholish Madjid, memberikan peringatan keras terhadap HMI ketika

menjelang Kongres ke-23 HMI di Balikpapan tahun 2002. Nurcholish dalam peringatan itu

mengatakan bahwa apabila HMI tidak bisa melakukan perubahan, lebih baik membubarkan diri.

    Peringatan itu sebagaishock therapy dengan harapan, HMI dapat dan mampu melakukan perubahan terhadap dirinya yang banyak kalangan dipandang bahwa dalam tubuh

HMI ditemukan berbagai kekurangan yang sifatnya negatif.

Kondisi seperti inilah yang menyebabkan munculnya stigma negatif terhadap HMI

yang meliputi berbagai aspek seperti tentang

keislaman, keindonesiaan, kemahasiswaan,

keorganisasian, keHMIan, kedipsilinan, kurangnya respon terhadap berbagai masalah yang berkembang dalam kehidupan berbangsa bermasyarakat, dan bernegara, HMI tidak diminati lagi oleh mahasiswa, HMI hanya pandai berpendapat, tetapi tidak bisa melakukan perbuatan nyata (action), HMI sangat lemah dalam hal networking (jaringan), HMI sangat lemah dalam bidang informasi, publikasi, dokumentasi, banyak anggota HMI tidak memiliki sifat amanah, pamrih dalam berjuang, kurang dilandasi dengan semangat ikhlas. HMI tidak lulus dalam sejarah, yaitu dengan adanya organisasi yang menamakan dirinya “HMI-MPO”.

Maka dari kondisi HMI seperti itu, mutlak dilakukan tindakan atau langkah untuk mengubah stigma negatif HMI itu, dengan berbagai cara dan tindakan nyata. Kalau stigma negatif HMI tidak segera dilakukan perubahan, maka reputasi HMI pasti akan lebih merosot

dari kondisi yang ada sekarang, yang ditandai 44 indikator kemunduran HMI. Terutama oleh Pengurus sejak dari PB sampai Komisariat bahkan seluruh anggota HMI, suka tidak suka, mau

tidak mau, harus memiliki kesadaran kolektif, bahwa mengubah stigma negatif HMI harus dilakukan saat ini juga. Di sini tidak ada tawar-menawar lagi. Apabila HMI terlambat melakukan perubahan integral, maka dampaknya akan semakin buruk bagi kelangsungan

hidup HMI untuk masa-masa mendatang.

Dari dua citra yang saling bertolak belakang itu, HMI berada di persimpangan sejarah. Di satu arah dipandang sebagai suatu keberhasilan dan keunggulan HMI yang penuh romantisme sejarah. Di satu arah lain, HMI mengalami kemunduran, sebagai satu kegagalan menjalankan peranannya sebagai organisasi perjuangan. Dari dua kasus ini menunjukkan bahwa perjuangan HMI selama 63 tahun ini tidak semuanya ditandai dengan kesuksesan dan keberhasilan. Yang menjadi pertanyaan, mengapa terjadi demikian ? Pertanyaan itulah secara

lugas diungkapkan oleh Agussalim Sitompul dalam

“44 Indikator Kemunduran HMI

Secara empiris Agussalim Sitompul membeberkan terdapatnya 44 indikator yang menyebabkan HMI mengalami kemunduran. Semestinya dalam usia HMI 63 tahun, dan telah

memasuki usia 50 tahun kedua ( 50 tahun pertama 1947-1997, dan usia 50 tahun kedua 1998-2048), perjalanan perjuangannya semakin mulus dan menanjak, sudah take off . Akan tetapi

yang terjadi justru sebaliknya – HMI mengalami kemunduran.

Kemunduran itu seperti ditulis oleh Didik J. Rachbini, sudah terjadi sejak tahun 1980 ,berarti sudah 26 tahun. Seperempat abad lebih HMI tidak dapat mengikuti perkembangan realitas sosial budaya yang berkembang sangat pesat. Maka HMI terlambat, sebabnya karena HMI tidak dapat mengadakan penyesuaian-penyesuaian secara struktural. Walaupun HMI ada, tetapi laksana bergerak di tempat dan sangat lamban memberi respon terhadap setiap

perkembangan yang muncul, dengan bermacam-macam perubahan. Berarti antara perkembangan masyarakat dan aktivitas HMI tidak seimbang. Apabila ini terjadi, dan memang sudah terjadi, HMI akan tersingkir dari perubahan yang terus muncul datang silih

berganti. Walaupun HMI ada tetapi berada di pinggir, tidak mampu lagi tampil dalam orbit yang semestinya, malah dengan keberadaan serta akses yang lemah jika dibandingkan terhadap supra sistemnya, yaitu masyarakat yang terus berkembang dan mengalami perubahan. Supra sistemnya yang dimaksud di sini juga adalah gerakan Islam kontemporer yang juga mengalami perubahan. Gerakan Islam kontemporer juga termasuk dalam sistem sosial politik yang ada, karena ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa Indonesia.

Pada saat itu momentum untuk melihat eksistensi HMI di dalam konteks supra sistem yang dimaksud dan sistem sosial politik yang ada. Ketika itu, momentum pembangunan sosial politik maupun ekonomi, tengah berada dalam tingkat intensitas  yang tinggi, gerakan Islam kontemporer ikut mengalaminya. Dalam dekade sekarang maupun dekade-dekade mendatang. Pergeseran-pergeseran peran dan kekuatan sosial politik, maupun ekonomi, serta gerakan Islam kontemporer tengah terjadi dengan intensitas yang lebih tinggi dan besar. Maka bagi organisasi perjuangan seperti HMI, perlu dibina dan dipelihara kesadarannya bahwa segala sesuatu di luar organisasi tengah mengalami perubahan dengan berbagai konsekuensi dan pengaruh yang lebih besar. Hal itu perlu dilakukan untuk tetap memulihkan eksistensi maupun

akses HMI untuk suatu perubahan. Perlu disadari oleh HMI, bahwa perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, bisa merupakan kekuatan untuk mengembangkan organisasi,

akan tetapi bisa juga menjadi ancaman yang potensial, yang mematikan keberadaan HMI, karena HMI tidak mampu mengimbanginya berupa konsolidasi organisasi sehingga lama

kelamaan kerdil dan akhirnya bisa mati hilang dari peredaran.

Sebuah treatment, dilakukan dalam bentuk suatu kebijaksanaan dan proses rasionalisasi yang seharusnya menjadi konsekuensi dari adanya kesadaran akan urgennya sebuah perubahan internal HMI. Akan tetapi terbukti banyak elemen-elemen organisasi yang tidaksiap, baik sumber daya manusianya.

Berdasarkan sinyalemen itu, HMI sejak tahun 1980-2009, nampaknya banyak melakukan kesalahan di berbagai hal, yang menyebabkan HMI mengalami kemunduran. Koreksi dan kritikan terhadap HMI telah banyak dilakukan baik dari dalam maupun dari luar HMI. Akan tetapi dengan koreksi dan kritikan itu, tidak kunjung terjadi perubahan terhadap perbaikan HMI yang dilakukan PB HMI. Bahkan 2 periode terakhir, HMI semakin terpuruk karena terjadi dualisme kepemimpinan dalam tubuh PB HMI ( Kholis Malik – Muchlis Tapi- Tapi 2001-2003, dan Hasanuddin – Syamud Ngabalin 2003-2006) Kondisi seperti itu terjadi 29 tahun – waktu yang cukup lama. Puncak gelombang koreksi dan kritikan tentang terjadinya

kemunduran di tubuh HMI muncul menjelang Kongres ke-25 HMI di Makassar bulan Februari 2006, yaitu dengan terbitnya karya monumental Agussalim Sitompul

“44 Indikator Kemunduran HMI” . Buku itu telah tersebar luas sejak pra Kongres ke-25 HMI hingga pada Kongres ke-25 HMI di Makassar. Bahkan di beberapa Cabang, seperti HMI Cabang Medan, Padangsidimpuan, Lampung, Cirebon, HMI Komisariat PAI Unissula Semarang buku itu telah dibedah. Sejak itu muncullah kesadaran individual dan kolektif di kalangan HMI bahwa memang HMI benar-benar mengalami kemunduran, dan diikuti pula kesadaran individual dan kolektif bahwa dalam tubuh HMI mutlak dilakukan perubahan agar dapat bangkit kembali.  Demikianlah gambaran posisi HMI yaitu di antara keberhasilan – dan kemunduran antara positif – negatif . Akan tetapi apabila dilihat dari waktunya – lebih panjang masa keberhasilannya, selama 33 tahun. Akan tetapi para pengamat lebih terfokus melihat kemunduran HMI saja selama 26 tahun, terlebih-lebih apabila yang melihat itu tidak

mengalami masa keberhasilan HMI pada masa-masa sebelumnya.

Sumber blog : aswinmuhammad
Kondisi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Masa Kini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar